Senin, 22 April 2013

Tugas Softskill Kewirausahaan 2


 “PEMBUATAN KEPUTUSAN”



DISUSUN OLEH :

CITA LESTARI - 41210605
 Ertiza Auli Alghani - 42211488



UNIVERSITAS GUNADARMA






KATA PENGANTAR



Puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul “Pembuatan Keputusan”, yang mana makalah ini disususn bertujuan untuk memenuhi tugas dan memberikan informasi serta pengetahuan tambahan bagi para pembaca.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penyajian data dalam makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini berguna dan dapat menambah pengetahuan pembaca.

Demikian makalah ini penulis susun, apabila ada kata- kata yang kurang berkenan dan banyak terdapat kekurangan, penulis mohon maaf yang sebesar - besarnya.




           
Bekasi, 17 April 2013



Penulis






BAB I
PENDAHULUAN


A.  Latar Belakang Masalah

Kehidupan manajer dipenuhi dengan serangkaian pembuatan (pengambilan) keputusan-keputusan untuk investasi, menaikan harga jual, menaikan tindakan terhadap karyawan yang sering terlambat, pemilihan lokasi gedung baru yang harus dibangun, dan masalah-masalah besar ataupun kecil lainnya dimana manajer harus membuat keputusan tindakan apa yang dimabil atau paling tidak menugaskan orang lain untuk memutuskan. Kegiatan-kegiatan pelaksanaan hasil keputusan itu sendiri biasanya dilaksanakan oleh orang-orang lain.
Pembuatan keputusan adalah bagis kunci kegiatan manajer. Kegiatan ini memainkan peranan penting, terutama bila manajer melaksanakan fungsi perencanaan. Perencanaan menyangkut keputusan-keputusan yang sangat penting dan jangka panjang yang dapat dibuat manajer. Dalam proses perencanaan, manajer memutuskan tujuan-tujuan organisasi yang akan dicapai, sumber daya-sumber daya yang akan digunakan, dan siapa yang akan melaksanakan setiap tugas yang dibutuhkan. Seluruh proses perencanaan itu melibatkan manajer dalam serangkaian situasi pembuatan keputusan. Kualitas keputusan – keputusan manajer akan menentukan efektivitas rencana yang disusun.
 Pengambilan keputusan selalu berkaitan dengan ketidakpastian dari hasil keputusan yang diambil. Untuk mengurangi faktor ketidakpastian tersebut, keputusan membutuhkan informasi yang sahih mengenai kondisi yang telah, dan mungkin akan terjadi, kemudian mengolah informasi tersebut menjadi beberapa alternatif pemecahan masalah sebagai bahan pertimbangannya dalam memutuskan langkah yang akan dilaksanakannya, sehingga keputusan yang diambil diharapkan dapat memberikan keuntungan yang maksimal.

B.  Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud pembuatan keputusan?
2.      Apa saja tipe-tipe dari pembuatan keputusan?
3.      Bagaimana proses/tahap-tahap dalam pembuatan keputusan?
4.      Bagaimana keterlibatan karyawan dalam oembuatan keputusan?
5.      Apa sajakah contoh kasus dalam pembutan keputusan?


C.  Tujuan Pembuatan Makalah
Tujuan kami membuat makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah “Pengantar Manajemen”. Yang membahas mengenai Pembuatan Keputusan, yang mana nantinya dapat memberikan informasi dan tambahan pengetahuan kepada para pembaca.












BAB II
PEMBAHASAN


A.   PENGERTIAN PEMBUATAN KEPUTUSAN
Pengambilan keputusan sangat penting dalam manajemen dan merupakan tugas utama dari seorang pemimpin (manajer). Pembuatan keputusan diproses oleh pengambilan keputusan yang hasilnya berupa keputusan.
Defenisi-defenisi Pengambilan Keputusan menurut beberapa ahli, diantaranya :
1)      G. R. Terry
Pembuatan keputusan dapat didefenisikan sebagai “pemilihan alternatif kelakuan tertentu dari dua atau lebih alternatif yang ada”. 

2)      Harold Koontz dan Cyril O’Donnel
Pembuatan keputusan adalah pemilihan diantara alternatif-alternatif mengenai sesuatu cara bertindak—adalah inti dari perencanaan. Suatu rencana dapat dikatakan tidak ada, jika tidak ada keputusan suatu sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah dibuat. 

3)      Theo Haiman
Inti dari semua perencanaan adalah pembuatan keputusan, suatu pemilihan cara bertindak. Dalam hubungan ini kita melihat keputusan sebagai suatu cara bertindak yang dipilih oleh manajer sebagai suatu yang paling efektif, berarti penempatan untuk mencapai sasaran dan pemecahan masalah. 

4)      Drs. H. Malayu S.P Hasibuan
Pembuatan keputusan adalah suatu proses penentuan keputusan yang terbaik dari sejumlah alternative untuk melakukan aktifitas-aktifitas pada masa yang akan datang.
5)      Chester I. Barnard
Keputusan adalah perilaku organisasi, berintisari perilaku perorangan dan dalam gambaran proses keputusan ini secara relative dan dapat dikatakan bahwa pengertian tingkah laku organisasi lebih penting dari pada kepentingan perorangan.

6)      Rizky Dermawan
Mengatakan pembuatan keputusan merupakan ilmu dan seni yang harus dicari, dipelajari, dimiliki, dikembangkan secara mendalam oleh setiap orang. Dikatakan seni karena kegiatannya selalu dihadapkan pada sejumlah peristiwa yang memiliki karakteristik keunikan tersendiri. Sedangkan dikatakan ilmu karena aktivitasnya memiliki sejumlah cara, metode, atau pendekatan yang bersifat sistematis, teratur dan terarah

7)      Siagian
Mengemukakan pembuatan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakekat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.
                        Beberapa pengertian menurut para ahli mengenai Pembuatan keputusan adalah sama, namun dapat disimpulkan bahwa Pembuatan Keputusan adalah proses pemilihan alternatif terbaik untuk pemecahan suatu masalah melalui metode dan teknik tertentu.
Pembuatan keputusan menggambarkan proses melalui mana serangkaian kegiatan dipilih sebagai penyelesaian suatu masalah tertentu. Pembuatan keputusan ini tidak hanya dilakuka oleh para para manajer puncak, tetapi juga para manajer menengah dan lini pertama. Setiap jabatan seseorang dalam organisasi menyangkut berbagai derajat pembuatan keputusan, bahkan untuk pekerjaan rutin sekalipun dan dalam macam organisasi apapun.


B.   TIPE-TIPE KEPUTUSAN
Manajer akan membuat tipe-tipe keputusan yang berbeda sesuai perbedaan kondisi dan situasi yang ada. Salah satu metode pengklasifikasian keputusan yang banyak digunakan adalah dengan menentukan apakah keputusan itu di program atau tidak. Keputusan-keputusan juga dapat dibedakan antara keputusan yang dibuat dibawah kondisi kepastian, risiko, dan ketidak pastian. Berikut ini penjelasan mengenai tipe-tipe keputusan :

1)        Keputusan Terpogram (Programmed Decision)
Keputusan yang dibuat menurut kebiasaan,aturan atau prosedur. Keputusan-keputusan ini rutin dan berulang-ulang. Setiap organisasi mempunyai kebijaksanaan-kebijaksanaan tertulis atau tidak tertulis yang memudahkan pembuatan keputusan dalam situasi yang berulang dengan membatasi dan menghilangkan alternatif-alternatif. Seperti keputusan pembuatan keputusan penetapan gaji karyawan baru, dan keputusan tentang berapa banyak persediaan yang harus di pertahankan untuk suatu produk. Masalah-masalah rutin tidak selalu sederhana, keputusan-keputusan yang diprogram dapat juga digunakan dalam penanganan masalh yang kompleks dan rumit.

2)        Keputusan tidak Terprogram (non-programmed decision)
Keputusan untuk menghadapi masalah khusus,unik dan tidak biasa. Bila suatu masalah tidak cukup sering terjadi sehingga memerlukan perlakuan khusus, maka masalah itu harus ditangani dengan keputusan yang tidak terprogram. Seperti apa yang harus dilakukan atas suatu produk yang gagal, bagaimana memperbaiki hubungan dengan masyarakat, bagaimana menghadapi pesaing baru yang masuk pasar.
Jika seorang manajer makin tinggi posisinya dalam tingkatan manajemen, maka kemampuannya untuk mengambil keputusan tidak terprogram semakin penting. Karena semakin banyak keputusan tidak terprogram yang harus diambil, oleh karena itu sebagian besar program pengembangan manajemen mencoba memperbaiki kemampuan manajer dalam mengambil keputusan tidak terprogram.


3)        Keputusan dengan kepastian, resiko, dan ketidak pastian.
Situasi-situasi dalam pembuatan keputusan ini menyangkut berbagai aspek yang tidak dapat diketahui dan sulit diperkirakan, seperti reaksi pesaing tertentu, atau tingkat inflasi tiga tahun mendatang. Tingkat ketidakpastian dalam berbgai situasi akan berbeda-beda oleh karena itu, manajer akan menghadapi tiga macam situasi: Kepastian, resiko, dan ketidakpastian.

a)      Kepastian ( certainty )
Kita mengetahui apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang. Dalam kondisi ini tersedia informasi yang akurat, dapat diukur,dan andal untuk dipakai sebagai dasar keputusan. Pengambilan keputusan dalam kondisi ini dapat dilakukan relatif mudah, karena data yang tersedia mengenai kondisi yang akan datang dapat diprediksikan, sehingga manajer dapat mengambil keputusan lebih cepat dan tepat. Misalnya kondisi lingkungan eksternal yang relatif stabil dari tahun ke tahun dalam jangka waktu 5 tahun terakhir akan mempermudah para manajer dalam mengambil keputusan bisnisnya.

b)      Resiko ( risk )
Kita mengetahui besarnya kemungkinan dari setiap hasil yang diharapkan. Jika prediktabilitas lebih rendah, maka terdapat kondisi resiko. Informasi yang lengkap tidak tersedia, tetapi kita mempunyai suatu gambaran yang baik tentang probabilitas hasil-hasil tertentu.

c)      Ketidakpastian ( uncertainty )
Dalam kondisi ini sangat sedikit yang diketahui. Kondisi ketidakpastian pada umumnya menyertai keputusan kita yang sangat penting dan sangat menarik, misalnya keputusan pembukaan perusaan baru secara internasional di suatu negara yang belum diketahui kebiasaan dan kebudayaannya.




C.   PROSES PEMBUATAN KEPUTUSAN
Pengambilan keputusan yang rasional sangat diperlukan bagi setiap organisasi dimana para manajer dituntut melakukan suatu tindakan yang lebih rasional dalam menghadapi setiap masalah yang ada. Tidak ada pendekatan pembuatan keputusan yang dapat menjamin bahwa manajer akan selalu membuat keputusan yang benar. Tetapi bagaimanapun juga, para manajer yang menggunakan suatu pendekatan yang rasional,intelektual dan sistematik akan lebih berhasi dibanding yang menggunakan pendekatan informal. Menurut Chuck Williams proses pembuatan keputusan yang rasional adalah sebagai berikut :

1)      Pemahaman dan Perumusan Masalah/ Mengidentifikasikan masalah
Langkah pertama dalam pembuatan keputusan adalah mengenali masalah yang ada. Suatu masalah timbul apabila ada  perbedaan antar keinginan yang ditetapkan dengan keadaan yang sesungguhnya terjadi. Adanya perbedaan ini tidak menjamin bahwa manajer akan langsung membuat keputusan untuk menyelesaikan masalah. Pertama, manajer harus mengetahui adanya perbedaan. Manajer harus mengetahui adanya masalah sebelum memulai mencari pemecahan masalah. Kedua, meyadarai adanya perbedaan antara kengininan yang ditetapkan dengan kenyataan yang sesungguhnya tidaklah cukup untuk memulai pengambilan keputusan. Manajer harus termotivasi mengurangi perbedaan tesebut. Ketiga, selain hal-hal tersebut manajer juga harus memiliki kemampuan, pengetahuan, keterampilan dan sumber-sumber daya untuk menyelesaikan masalah tersebut.

2)      Pengumpulan dan Analisa Data yang Relevan
Setelah manajer menentukan dan merumuskan masalah, merekan harus mulai memutuskan langkah-langkah selanjutnya. Manajer pertama kali harus menentukan data-data apa yang akan dibutuhkan untuk membuat keputusan yang tepat, dan kemudian mendapat informasi tersebut. Para manajer akan jarang memperoleh seluruh data yang dibutuhkan, padahal mereka harus mempunyai informaso cukup untuk dapat merumuskan berbagai penyelesaian.



3)      Pengembangan Alternatif – alternatif
Kecenderungan untuk menerima alternatif keputusan pertama yang “feasibel” sering menghindarkan manajer dari pencapaian penyelesaian yang terbaik untuk maslah-masalah mereka. Pengembangan sejumlah alternatif memungkinkan manajer menolak kecenderungan untuk membuat keputusan terlalu cepat dan membuat lebih mungkin pencapaian keputusan yang efektif.

4)      Evaluasi  Alternatif – alternatif
Setelah manajer mengembangkan sejumlah alternatif, mereka harus mengevaluasinya untuk menilai setiap efektivitas setiap alternatif. Efektivitas dapat diukur dengan dua kriteria : apakah alternatif realistik bila dihubungkan dengan tujuan dan sumber daya organisasi,dan seberapa baik alternatif akan membantu pemecahan masalah.

5)      Pemilihan Alternatif Terbaik
Tahap kelima pembuatan keputusan merupakan hasil evaluasi berbagai alternatif. Alternatif terpilih akan didasarkan pada jumlah informasi yang tersedia bagi manajer dan ketidak sempurnaan kebijakan manajer. Pilihan alternatif terbaik juga sering merupakan suatu kompromi diantara berbagai faktor yang telah dipertimbangkan.

6)      Implementasi Keputusan
Setelah alternatif terbaik dipilih, para manajer harus membuat rencana-rencana untuk mengatasi berbagai persyaratan dan masalah yang mungkin dijumpai dalam penerapan keputusan. Implementasi keputusan menyangkut lebih dari sekedar pemberian perintah. Dalam hal ini, manajer perlu memperhatikan berbagai resiko dan ketidakpastian sebagai konsekuensi dibuatnya suatu keputusan. Dengan mengambil langkah tersebut, manajer dapat menentukan kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk menanggulangi hambatan dan tantangan yang akan terjadi. Disamping itu, [ada tahap implementasi keputusan, manajer juga perlu menetapkan prosedur laporan kemajuan periodik dan mempersiapkan tindakan korektif bila masalah baru muncul dalam pelaksanaan keputusan, seta merancang sistem peringatan dini untuk menghadapi berbagai kemungkinan.

7)      Evaluasi Hasil – hasil Keputusan
Implementasi keputusan harus dimonitor terus-menerus. Manajer harus mengevaluasi apakah implementasi dilakukan dengan lancar dan keputusan memberikan hasil-hasil yang di inginkan. Pembuatan keputusan adalah suatu proses yang bersifat kontinyu bagi manajer dan merupakan tantangan yang harus selalu dihadapinya.


D.   KETERLIBATAN KARYAWAN DALAM PEMBUATAN KEPUTUSAN
Keputusan utama dalam dunia bisnis jarang dibuat oleh seorang individu. Pembuatan keputusan yang efektif sering tergantung apakah manajer melibatkan orang-orang yang benar dengan cara yang gtepat dalam membantu mereka menyelesaikan masalah. Saat ini banyak manajer yang melibatkan karyawan level bawah dalam proses pembuatan keputusan apabila memungkinkan. Sejumlah keputusan mungkin membutuhkan derajat partisipasi bawahan yang lebih tinggi.

a)      Model Vroom-Jago
Victor Vroom dan Arthur Jago mengembangkan model partisipasi dalam pembuatan keputusan yang menyajikan petunjuk bagi para manajer praktisi. Model Vroom-Jago membantu manajer menaksir jumlah partisipasi bawahan sesuai dengan kebutuhan. Model ini menggunakan 5 level partisipasi bawahan dalam penbuatan keputusan yang berkisar dari sangat otokratis sampai dengan demokratis. Manajer sebaiknya memilih salah satu gaya yang disesuaikan dengan situasi. Apabila situasi terjamin, manajer dapat membuat keputusan sendiri, membagi masalah dengan bawahan secara individu, atau membiarkan para anggota kelompok membuat keputusan.
Beberapa gaya keputusan masih dapat diterima pada berbagai situasi. Apabila hal demikian terjadi, Vroom dan Jago mencatat bahwa gaya otokratis menghemat waktu tanpa mengurangi keputusan atau penerimaan. Bagaimanapun juga, dalam lingkungan kerja yang berubah sangat cepat saat ini, dimana karyawan kerap diminta lebih memberikan partisipasi, para manajer sebaiknya berusaha untuk melibatkan bawahannya dalam pengambilan keputusan bila memungkinkan.

b)      Keunggulan dan Kelemahan dalam Pembuatan Keputusan Partisipatif
·         KEBAIKAN PEMBUATAN KEPUTUSAN PARTISIPATIF
1.      Memberikan jumlah pengetahuan yang lebih besar. Kelompok menawarkan pengetahuan dan fakta yang lebih banyak dalam rangka mengindentifikasikan solusi potensial dan menghasilkan beberapa alternatif keputusan.
2.      Kelompok lebih menerima resiko. Kelompok diskusi dapat lebih meningkatkan kepuasan anggota dan menghasilkan dukungan bagi kemungkinan keputusan yang beresiko.
3.      Para anggota lebih termotivasi dalam melakukan keputusan. Individu yang ambil bagian dalam pembuatan keputusan akan merasa puas dengan keputusan yang diambil dan akan berusaha mendukung keputusan tersebut, sehingga akan memfasilitasi implementasi.
4.      Kreativitas lebih besar. Individu-individu dalam kelompok yang diberi kebebasan dalam memberikan saran-saran dan pendapat kepada pimpinan akan terdorong lebih kreatif dan inofatif.

·         KELEMAHAN PEMBUATAN KEPUTUSAN PARTISIPATIF
1.      Memakan biaya dan waktu. Keputusan yang diambil secara kelompok biasanya lebih membuang waktu. Orang-orang harus saling melakukan konsultasi, mendiagnosis masalah dan mendiskusikan solusi.
2.      Hasil kompromi bukan keputusan kelompok. Kurang optimalnya hasil keputusan karena biasanya kelompok berusaha meraih kompromi solusi.
3.      Salah satu anggota dominan, bukan keputusan kelompok. Pemikiran kelompok merupakan fenomena dimana orang-orang begitu terikat dengan kesatuan kelompok sehingga mereka enggan mengeluarkan pendapat yang bertentangan dengan mengesampingkan motivasi untuk secara realistis mempertimbangkan beberapa alternatif.

E.   CONTOH KASUS PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Penahanan yang dilakukan Polri terhadap dua Pimpinan KPK non-aktif Bibit Samad Rianto dan Chandra M Hamzah terkait dugaan penyalahgunaan wewenang kekuasan merupakan permasalahan yang harus segera diselesaikan secepatnya, karena kasus kriminalisasi KPK ini melibatkan Polri dan Kejaksaan sebagai dua organisasi penegakan hukum di Indonesia yang apabila dibiarkan berlarut-larut akan menimbulkan kecurigaan berlebihan dari berbagai kalangan yang pada akhirnya akan menyebabkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap aparat penegak hukum.
Pada saat-saat seperti ini maka tugas seorang pemimpin, yakni Presiden Republik Indonesia (RI) untuk dapat menggunakan kewenangannya didalam pengambilan keputusan guna menyelesaikan polemik kriminalisasi KPK ini. Apabila dicermati lebih lanjut maka terdapat analogi antara Presiden RI dengan top-level manajer dari perusahaan, dimana baik itu Presiden RI dan top-level manajer suatu perusahaan merupakan seorang decision makers yang dituntut untuk melakukan pengambilan keputusan dalam  menyelesaikan permasalahan yang menimpa organisasi. Perbedaaan yang paling mendasar diantara keduanya hanyalah pada skala organisasi yang dipimpin, dimana Presiden memimpin organisasi pada level country atau state level sementara top-level-managers memimpin organisasi pada coorporate level. Sementara, alur pengambilan keputusan baik itu Presiden maupun top-level-managers akan mengikuti alur yang sama seperti yang dikemukakan pada landasan teori diatas, berikut merupakan alur yang paling mungkin dapat terjadi dalam pengambilan keputusan Presiden dalam menangani persoalan kriminalisasi KPK tersebut.

1.    Tingginya kompleksitas dan ketidakpastian keputusan, menyebabkan terbentuknya keputusan tidak terprogram, dimana keputusan belum ditetapkan sebelumnya dan tidak ada prosedur baku yang dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan. Organisasi, dalam hal ini negara Republik Indonesia menemui masalah yang belum pernah mereka alami sebelumnya, yakni kriminalisasi KPK. Sehingga organisasi tidak dapat memutuskan bagaimana merespon permasalahan tersebut, akibatnya terdapat ketidakpastian apakah solusi yang diputuskan dapat menyelesaikan permasalahan atau tidak, yang pada akhirnya keputusan tidak terprogram menghasilkan lebih sedikit alternatif keputusan dibandingkan dengan keputusan terprogram.

2.      Pengambilan keputusan individu menggunakan pendekatan rasionalitas yang menekankan langkah-langkah sistematis dan ilmiah dalam pengambilan keputusan (rational approach) tidak dimungkinkan untuk dilakukan dalam menyikapi permasalahan kriminalisasi KPK, hal ini dikarenakan adanya keterbatasan waktu, faktor politik, tekanan masyarakat terhadap kejelasan perkara, dan keterbatasan-keterbatasan lain. Hal ini menjadikan rasionalitas menjadi terkekang dan tidak memungkinkan bagi Presiden untuk membuat keputusan individu berdasarkan rationality approach, sehingga model bounded rationality perspective menjadi alternatif bagi alur pengambilan keputusan. Sehingga pengambilan keputusan menggunakan pendekatan atau model ini lebih menekankan pada aspek intuisi, pengalaman dan penilaian (judgement) dibandingkan dengan langkah-langkah logis dan mempersingkat waktu dalam pengambilan keputusan.

3.      Alur selanjutnya adalah pengambilan keputusan organisasi, pada level organisasi keputusan yang dibuat umumnya tidak berasal dari decision makers tapi merupakan kombinasi keputusan yang melibatkan banyak decision makers. Perkara kriminalisasi KPK memiliki karakteristik masalah sebagai berikut:

1.      Menuntut solusi yang cepat
2.      Sarat dengan muatan politik
3.      Tekanan publik yang tinggi
4.      Keterbatasan informasi terhadap permasalahan

Berdasarkan karakteristik tersebut maka pengambilan keputusan organisasi yang lebih cocok akan mengikuti Carnegie model atau Garbage can model, model Carnegie merupakan model bounded rationality perspective pada level organisasi yang menekankan pada faktor sosial dan politik, modelCarnegie akan memberikan solusi tunggal terhadap permasalahan. Sementara, Garbage can model akan memberikan gambaran bagaimana alur setiap keputusan dibuat dalam organisasi secara keseluruhan dan memberikan solusi majemuk.

1.      Tim delapan yang merupakan tim pencari fakta (TPF) pada perkara kriminilisasi KPK, menggambarkan bagaimana alur pengambilan keputusan dibuat berdasarkan Carnegie model. Tim delapan, merupakan koalisi dengan komposisi yang terdiri dari sebagian besar pakar hukum yang bertugas mengumpulkan informasi seputar permasalahan yang ada serta memberi rekomendasi solusi yang diperkirakan dapat mengatasi permasalahan kepada Presiden. Terbentuknya koalisi antar pakar hukum ini memungkinkan terjadinya diskusi, interpretasi tujuan serta permasalahan, tukar pendapat, menentukan prioritas masalah, serta dukungan secara sosial terhadap permasalahan beserta solusinya, sehingga terbentuknya koalisi akan mempermudah pencarian solusi untuk mengatasi permasalahan yang ada.

2.    Setelah TPF m emberikan rekomendasi, maka alur keputusan akan kembali lagi kepada Presiden baik itu sebagai seorang individu maupun pemimpin organisasi. Keputusan akhir dari Presiden mengenai permasalahan tersebut akan menunjukkan kapabilitas dari seorang pemimpin dalam pengambilan keputusan untuk mengatasi perkara kriminalisasi KPK yang telah menjadi burning issue bagi penegakan hukum di Indonesia. Alur pengambilan keputusan ini pada umumnya akan berlangsung cepat, namun faktor internal dan eksternal yang sarat muatan politik akan menjadi hambatan yang signifikan dalam pengambilan keputusan.







BAB I
PENUTUP



            Para manajer kadang-kadang menghadapi berbagai masalah kompleks dimana hasil yang mungkin dari setiap alternatif penyelesaian sukar diperkirakan. Dalam kasus-kasus seperti ini, dimana setiap keputusan atau alternatif biasanya melibatkan sejumlah sumber daya tertentu, manajer perlu mempergunakan berbagai cara untuk mengurangi unsur keragu-raguan dan ketidakpastian dalam setiap keputusan.














DAFTAR PUSTAKA




Rizky Dermawan. (2004). Pengambilan Keputusan Landasan Filosofis, Konsep, dan Aplikasi.  Bandung: Alfabeta
T. Hani Handoko. (1984). Manajemen. Yogyakarta: BPFE
www.blogspot.com
www.google.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar