ANALISIS
LAPORAN KEUANGAN
PT.
TUBAGUS JAYA MANDIRI
PERIODE
2008 – 2009
DISUSUN
OLEH :
CITA LESTARI – 41210605
KATHY PRACTICIA – 49210650
SILVIANA DITA – 49210084
ROSMALIA DANIASIH - 49210680
UNIVERSITAS
GUNADARMA
D3
AKUNTANSI KOMPUTER
2013
I.
PENDAHULUAN
A.
Pengertian
Laporan Keuangan
Laporan keuangan
merupakan suatu informasi yang menggambakan kondisi suatu perusahaan, dimana
selanjutnya itu akan menjadi suatu
informasi yang menggambarkan
tentang kinerja suatu perusahaan. Laporan keuangan merupakan obyek dari
analisis terhadap laporan keuangan. Oleh karena itu, memahami latar belakang
penyusunan dan penyajian laporan keuangan merupakan langkah yang sangat penting
sebelum menganalisis laporan keuangan itu sendiri.
Lebih lanjut
munawir mengatakan, Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk
memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang
telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Dengan begitu laporan keuangan
diharapkan akan membantu para pengguna untuk membuat keputusan ekonomi yang
bersifat finansial.
Dari
pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan
hasil akhir dari proses pencatatan akuntansi, laporan keuangan merupakan suatu
ringkasan transaksi yang dilakukan dari perusahaan yang terjadi selama satu
periode akuntansi atau satu tahun buku.
B.
Manfaat
Laporan Keuangan
Laporan
keuangan disusun dengan tujuan untuk
menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerjam dan perubahan
posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai
dalam pengambilan keputusan ekonomi. Berikut ini beberapa manfaat dibuatnya
laporan keuangan :
1.
Untuk menyediakan informasi mengenai
posisi keuangan, kinerja, dan perubahan posisi keuangan sangat diperlukan untuk
dapat melakukan evaluasi atas kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas (dan
setara kas), dan waktu serta kepastian dari hasil tersebut. Posisi keuangan
perusahaan dipengaruhi oleh sumber daya yang dikendalikan struktur keuangan,
likuiditas, dan solvabilitas serta kemampuan beradaptasi dengan perubahan
lingkungan.
2.
Untuk
menyediakan informasi kinerja perusahaan terutama profitabilitas
diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin
dikendalikan di masa depan, sehingga dapat memprediksi kapasitas perusahaan
dalam menghasilkan kas (dan setara kas) serta untuk merumuskan efektivitas
perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya.
3.
Untuk menyediakan perubahan posisi
keuangan perusahaan bermanfaat untuk menilai aktivitas investasi, pendanaan,
dan operasi perusahaan selama periode pelaporan. Selain berguna untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas (dan setara kas), informasi ini
juga berguna untuk menilai kebutuhan perusahaan dalam memanfaatkan arus kas
tersebut.
Dari semua tujuan tersebut, yang
terpenting dari analisis laporan keuangan adalah tujuannya untuk mengurangi
ketergantungan para pengambil keputusan pada dugaan murni, terkaan, dan
intuisi, mengurangi dan mempersempit lingkup ketidakpastian yang tidak bias
dielakkan pada setiap proses pengambilan keputusan. Analisis laporan keuangan
tidaklah berarti mengurangi kebutuhan akan penggunaan pertimbangan-pertimbangan,
melainkan hanya memberikan dasar yang layak dan sistematis dalam menggunakan
pertimbangan-pertimbangan tersebut.
C. Jenis Laporan Keuangan
Seperti telah disebutkan sebelumnya, bahwa
laporan keuangan yang lengkap biasanya akan meliputi neraca, laporan laba rugi,
laporan perubahan posisi keuangan, catatan dan laporan lain serta materi
penjelsan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan, termasuk juga
skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan keuangan.
Dua jenis laporan keuangan (utama) yang
umumnya dibuat oleh setiap perusahaan adalah neraca dan laporan laba rugi (dan
biasanya dilengkapi dengan laporan perubahan modal), yang masing-masing dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1.
Neraca
Neraca
adalah laporan keuangan yang memberikan informasi mengenai posisi keuangan
(aktiva, kewajiban, dan ekuitas) perusahaan pada saat tertentu.
2.
Laporan Laba Rugi
Laporan
laba rugi adalah laporan keuangan yang memberikan informasi mengenai kemampuan
(potensi) perusahaan dalam menghasilkan laba (kinerja) selama periode tertentu.
D. Analisa Laporan Keuangan
Secara harfiah,
analisis laporan keuangan terdiri dari dua kata, yaitu analisis dan laporan
keuangan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “analisis” berarti
penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu
sendiri serta hubungan antar bagian
untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.
Menurut pengertian
diatas dapat disimpulkan bahwa Analisis
laporan keuangan merupakan suatu proses untuk membedah laporan keuangan
ke dalam unsur-unsurnya, menelaah masing-masing unsur tersebut, dan menelaah
hubungann diantara unsur-unsur tersebut, dengan tujuan untuk memperoleh
pengertian dan pemahaman yang baik dan tepat atas laporan keuangan itu sendiri.
Ini berarti para analis laporan keuangan dituntut mempunyai pengertian yang
cukup tentang unsur-unsur yang membentuk laporan keuangan.
Dari definisi
diatas jelas bahwa analisis laporan keuangan merupakan suatu proses yang penuh
pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi posisi keuagan dan hasil
operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan utama untuk
menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan
kinerja perusaaan pada masa mendatang.
E. Jenis – Jenis Ratio
1.
Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas (liquidity ratio) adalah
kemampuan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat
waktu. Contoh membayar listrik, telepon, air PDAM, gaji karyawan, gaji teknisi,
gaji lembur, tagihan telepon, dan sebagainya. Karena itu rasio likuiditas
sering disebut dengan short term
liquidity. Untuk mengukur kemampuan tersebut, biasanya menggunakan perhitungan
rasio sebagai berikut :
a. Current
Ratio
Current
Ratio adalah ukuran yang paling biasa digunakan untuk mengukur kesanggupan
membayar kewajiban jangka pendek, yang akan menunjukan sejauh mana klaim
kreditur jangka pendek ditutup oleh aktiva yang diharapkan dapat diubah menjadi
uang tunai dalam jangka waktu yang secara kasar bertepatan dengan jatuh tempo
klaim.
b. Cash
Ratio
Rasio ini untuk mengukur jumlah kas
tersedia di banding hutang lancar. Pengertian kas terkadang diperluas dengan
setara cash (cash equivalen) meliputi surat berharga yang mudah
diperjualbelikan.
c. Quick
Ratio
Rasio ini
merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya
dengan tidak memperhitungkan persediaan, karena persediaan dianggap memerlukan
waktu yang lama untuk di realisir menjadi uang kas, walaupun kenyatannya
mungkin persediaan lebih likuid daripada piutang. Jika Curent ratio tinggi tapi
Quick ratio rendah menunjukan adanya investasi yang sangat besar dalam
persediaan.
d. Working Capital to Total Assets Ratio
Likuiditas dari total aktiva dan
posisi modal kerja, yang merupakan selisih antara total aktiva lancer dan utang
lancer. Makin besar angka modal kerja berarti makin besar tingkat proteksi
kreditor jangka pendek, dan makin besar kepastian bahwa utang jangka pendek
akan dilunasi tepat waktu.
2. Rasio
Solvabilitas/ Leverage
Rasio
solvabilitas adalah rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban jika perusahaan tersebut dilikuidasi. Rasio ini juga disebut dengan
rasio pengungkit (leverage) yaitu menilai batasan perusahaan dalam meminjam
uang. Ada beberapa cara untuk menghitung rasio solvabilitas diantaranya adalah
:
a. Debt
to Equity Ratio
Rasio ini merupakan rasio yang
digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan
membandingkan antara seluruh termasuk utang lancer dengan seluruh ekuitas.
Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan pinjaman
(kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain rasio ini berfungsi
untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang.
b.
Debt to Asset
Ratio
Rasio ini untuk
mengukur perbandingan dana yang disediakan pemilik dengan pembelanjaan dari
kreditur. Makin besar dana yang disediakan pemilik, makin besar batas pengaman
bagi kreditur.
c.
Long Term Debt
to Equity Ratio
Rasio ini
merupakan rasio antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. Tujuannya
untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan
hutang jangka panjang dengan cara membandingkan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri
yang disediakan perusahaan.
3. Rasio
Aktivitas
Rasio yang menggambarkan sejauh
mana suatu perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimilikinya guna menunjang
aktivitas perusahaan. Terdapat 2 rasio
aktivitas, yaitu :
a. Total
Assets Turn Over/ Return to Asset (ROA)
Rasio ini untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan
aktivanya untuk memperoleh laba. Rasio ini mengukur tingkat kembalinya
investasi yang telah dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan seluruh dana
(aktiva) yang dimilikinya.
b. Working
Capital Turnover/ Return to Capital (ROC)
Secara umum nilai ROC yang rendah
memberi indikasi tidak menguntungkannya penggunaan modal kerja, jika sebaliknya
nilai ROC yang tinggi enunjukan telah terjadi kelebihan kapasitas. Jadi rasio
ini harus bernilai seimbang.
4. Rasio
Profitabilitas/ Keuntungan
Rasio untuk mengukur efektivitas
manajemen secara keseluruhan yang ditujukan oleh besar atau kecilnya tingkat
keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan ataupun investasi.
Semakin baik rasio profitabilitas maka semakin baik menggambarkan kemampuan
tingginya perolehan keuntungan perusahaan. Rasio profitabilitas secara umum ada
3 (tiga) yaitu :
a. Gross
Profit Margin (GPM)
Rasio gross profit margin atau
margin keuntungan kotor ini berguna untuk mengetahui keuntungan kotor
perusahaan dari setiap barang yang dijual. Kelemahan rasio ini adalah hanya
menyediakan keuntungan kotir dari penjualan yang dilakukan tanpa memasukan
struktur biaya yang ada pada perusahaan.
b.
Net Profit Margin (NPM)
Rasio ini menggambarkan
besarnya laba bersih yang diperoleh oleh perusahaan pada setiap penjualan yang
dilakukan. Kelemahan rasio ini adalah memasukan pos atau item yang tidak
berhubungan langsung dengan aktivitas pendanaan, dan biaya pajak penghasilan.
Pada rasio ini angka laba yang digunakan dalam perhitungan adalah yang berasal darkegiatan usaha pokok perusahaan.
II. DATA
Tabel 1. Neraca
Per 31 Desember 2008
Per 31 Desember 2008
Tabel.
2 Laporan Laba Rugi
Per
31 Desember 2008
Tabel 1. Neraca
Per 31 Desember 2009
Tabel.
2 Laporan Laba Rugi
Per
31 Desember 2009
I.
RASIO
LIKUIDITAS
Rasio Likuiditas Adalah rasio
yang berguna untuk mengetahui atau mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
seluruh kewajiban-kewajiban jangka pendeknya.
a. Current
Ratio
·
Periode Tahun 2008 :
Dari perhitungan
diatas menunjukan adanya penurunan Current Rasio pada tahun 2009 sebesar 0.6%
yang disebabkan adanya Uper pendapatan 33,605,466 dan kenaikan pada biaya yang masih harus dibayar sebesar 1,151,888,546.
b. Cash
Ratio
Rasio
ini untuk mengukur jumlah kas tersedia di banding hutang lancar.
·
Periode Tahun 2008 :
·
Periode Tahun 2009 :
Dari
perhitungan diatas menunjukan adanya kenaikan Cash Rasio pada tahun 2009
sebesar 0.05 karena adanya kenaikan jumlah aktiva lancar sebesar 192,757,084
dan hutang lancar sebesar 998,134,010.
Rasio
ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya
dengan tidak memperhitungkan persediaan, karena persediaan dianggap memerlukan
waktu yang lama untuk menjadi likuid daripada piutang.
·
Periode Tahun 2008 :
·
Periode Tahun 2009 :
Dari
hasil perhitungan diatas menunjukan bahwa Quick Rasio pada tahun 2009 mengalami kenaikan sebesar 0.135% karena
Aktiva lancer dan hutang mengalami kenaikan.
d. Working
Capital to Total Assets Ratio
Likuiditas
dari total aktiva dan posisi modal kerja.
·
Periode Tahun 2008 :
·
Periode Tahun 2009 :
Dari hasil yang tertera diatas
dapat menunjukan Capital to Total Assets Rasio pada tahun 2009 mengalami
kenaikan sebesar 0.048% karena pada tahun 2009 terjadi penurunan pada total
aktiva sebesar 5,093,788,966.
Kesimpulan
:
Rassio Likuiditas adalah rasio
yang untuk melihat kemampuan perusahaan dalam membbayar atau memenuhi seluruh
kewajiban – kewajiban perusahaan pada jangka pendek. Dari hasil keseluruhan
dapat disimpulkan bahwa perusahaan dapat memenuhi seluruh kewajibannya karena
hasil dari seluruh rasio yang termasuk pada Rasio Likuiditas mengalami
kenaikan.
II.
RASIO LEVERAGE
Rasio untuk mengetahui kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jika perusahaan tersebut likuidasi.
a. Debt to Equity Ratio
·
Periode tahun 2008 :
·
Periode tahun 2009 :
Debt to Equity Rasio mengalami
penurunan pada tahun 2009 sebesar 3.95% yang disebabkan oleh berkurangnya total
Hutang sebesar 6,742,294,003 namuan
Equitas
bertambah sebesar 4,556,870,133 pada tahun 2009, sehingga jumlah rupiah
dari ekuitas yang dijadikan kaminan hutang berkurang.
b. Debt
to Asset Ratio
·
Periode tahun 2008 :
·
Periode tahun 2009 :
Dari
hasil perhitungan rasio
diatas menunjukan bahwa pendanaan perusahaan yang bersumber dari hutang
mengalami penurunan sebesar 0,76 yang disebabkan oleh turunnya total
hutang
sebesar 6,742,294,003 dan naiknya total aktiva sebesar 2,185,423,880.
Artinya setiap Rp 100,- pendanaan perusahaan Rp 0.87, Rp 0.76 dibiayai
hutang dan sisanya disediakan oleh pemegang saham.
c. Long
Term Debt to Equity Ratio
·
Periode tahun 2008 :
·
Periode tahun 2009 :
Dari
hasil perhitungan rasio diatas dapat dilihar bahwa adanya penurunan pendanaan
yang bersumber dari hutang jangka panjang sebesar 3.961 % yang sebabkan adanyan
penurunan panjang jumlah hutang jangka panjang dan ekuitas pada tahun 2009.
Yang berarti dari tahun 2008 sampai 2009 perusahaan mampu menurunkan
angka untuk dijadikan jaminan hutang jangka panjang.
Kesimpulan :
Rasio ini untuk
mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jika perusahaan
tersebut likuidasi. Keseluruhan hasil diatas dapat disimpulkan bahwa perusahaan
dapat mengurangi atau adanya penurunan dalam pendanaan perusahaan melalui
hutang jangka panjang.
III.
RASIO AKTIVITAS
Rasio
yang menggambarkan sejauh mana suatu perusahaan mempergunakan sumber daya yang
dimilikinya guna menunjang aktivitas perusahaan.
a. Total
Assets Turn Over/ Return to Asset (ROA)
·
Periode Tahun 2008 :
·
Periode Tahun 2009 :
Dari hasil
perhitungan rasio diatas
dapat di simpulakan adanya kenaikan pada perusahaan dalam mendayagunakan
aktivitas yang dimiliki guna mendapatkan Laba perusahaan sebesar 0.155.
Kenaikan ini disebabkan adanya kenaikan pada penjualan netto sebesar
4,754,255,750. Dapat disimpulkan penggunaan total aktiva Rp 1,-
menghasilkan laba bersih masing-masing Rp 0.85, dan Rp 1.01 Dari tahun
ke tahun perusahaan mengalami peningkatan ROA.
b. Working
Capital Turnover/ Return to Capital (ROC)
·
Periode Tahun 2008 :
·
Periode Tahun 2009 :
Dari
hasil perhitingan di atas dapat dilihat adanya penurunan pada rasio Return to
Capital (ROC) sebesar 3.717% yang disebabkan oleh kenaikan pada Hutang dan
Aktiva lancar.
Kesimpulan :
Dari
perhitungan ROA & ROC Dapat disimpulkan bahwa sudah menggunakan
sumber daya yang dimilikinya untuk meningkatkan laba perusahaan, yang
dapat dilihat dari meningkatnya penjualan netto. Tapi belum kemampuan
perusahaan belum maksimal karena ada perununan yang cukup besar pada ROC
dari tahun 2008 ke tahun 2009.
IV.
RASIO KEUNTUNGAN
a. Gross
Profit Margin (GPM)
·
Periode Tahun 2008 :
·
Periode Semester 2009 :
Dari
perhitungan diatas menunjukan bahwa perusahaan menghasilkan tingkat
laba kotor masing-masing sebesar 0.20, 0.26 dari penjualan jasa yang di
capai, artinya setiap penjualan Rp 1,- menghasilkan laba sebesar Rp 0.20
dan Rp 0.26. Rasio ini mengalami kenaikan sebesar 0,06 yang disebabkan
karena adanya pengangkatan penjualan.
b. Net
Profit Margin (NPM)
·
Periode Tahun 2008 :
·
Periode Semester II Tahun 2009 :
Rasio
laba bersih mengalami kenaikan dari tahun 2008 ke tahun 2009 sebesar
0,07 disebabkan karena adanya peningkatan penjualan jasa serta penurunan
beban operasional langsunh walaupun beban yang lainnya mengalami
peningkatan akan tetapi kenaikan tersebut tidak terlalu signifikan
dibandingkan kenaikan penjualannya.
c. Operating Ratio
·
Periode tahun 2008 :
·
Periode tahun 2009 :
Dapat dilihat bahwa kegiatan pokok perusahaan bertambah dari tahun 2008 ke tahun 2009.
Kesimpulan :
Pada rasio ini GPM menunjukan pada tahun 2009 legih baik dari tahun 2008 karena perusahaan memperoleh laba kotor yang lebih besar yang diperoleh dari penjualan perusahaan tersebut. Pada NPM juga menunjukan hal yang sama. Jika secara keseluruhan tahun 2009 perusahaan menunjukan kinerja keuangan yang semakin baik karena pada tahun tersebut kemampuan perusahaan untuk mendapatkan keuntngan lebih besar dibanding tahun 2008.
IV. KESIMPULAN
Hasil rasio Likuiditas PT. Tubagus Jaya Mandiri menunjukan pada tiap tahunnya ada peningkatan, itu menandakan perusahaan mampu melunasi hutang lancar nya pada setiap tahun akan tetapi dari semua jenis rasio likuiditas tidak selalu setiap tahun mengalami kenaikan.
Untuk Rasio Solvabilitas perusahaan menunjukan kinerja keuangan yang lebih baik pada tahun 3009 dibandingkan tahun 2008, untuk debt to asset ratio pada tahun 2009 hampir 100% kekayaan perusahaan dibiayai oleh kewajban atau berasal dari pinjaman, sedangkan untuk tahun 2009 walaupun seluruh asset lebih dari 50% dibiayai oleh pinjaman akan tetapi lebih baik dari tahun 2008.
Dari
perhitungan ROA & ROC Dapat disimpulkan bahwa sudah menggunakan
sumber daya yang dimilikinya untuk meningkatkan laba perusahaan, yang
dapat dilihat dari meningkatnya penjualan netto. Tapi belum kemampuan
perusahaan belum maksimal karena ada perununan yang cukup besar pada ROC
dari tahun 2008 ke tahun 2009.
Berdasarkan perhitungan Rasio-rasio diatas tahun 2008 dan tahun 2009 perusahaan menunjukan kinerja keuangan yang semakin baik dan bagus karena perusahaan tidak hanya mampu melunasi kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang akan tetapi mampu menghasilkan laba atau keuntungan yang lebih baik
V. DAFTAR PUSTAKA
Fahmi Irfan.2012. Analisis Kinerja Keuangan. Alfabeta.
Dwi Prastowo.Drs.2011. Analisis Laporan Keuangan. UPP STIM YKPN.
Artikel-nonpersonal, Akuntansi, http.//blog.re.or.id/analisa-laporan-keuangan.htmElearning.gunadarma.ac.id
Sudah baik..pertahankan :D
BalasHapus